Segmen city car di Indonesia adalah segmen yang penuh persaingan.
All New Brio belum berapa lama meluncur dan langsung menjadi favorit banyak orang, dengan area hatchback yang di revisi, handling yang tajam khas Honda, dan transmisi CVT yang smooth. Tidak heran belum berapa lama mobil ini dijual sudah banyak sekali terlihat di jalan, terutama yang warna kuning.
Ignis menjadi salah satu favorit saya, dengan desainnya yang retro, ruang kaki yang lega, AC full otomatis dan packaging yang efisien khas Suzuki. Hanya saja transmisi AGS nya kadang punya pikiran dan mood sendiri.
Picanto punya value for money terbaik, transmisi yang responsif, serta fit n finish yang rapi. Hanya sayang generasi terbarunya yang muncul di tahun 2017 kok tidak masuk ke Indonesia. Ada apakah dengan KIA?
Hyundai Grand i10 X punya tampang yang unik dan modis, ground clearance tinggi, interior elegan minimalis dan ventilasi AC untuk baris ke-2. Sayangnya hanya dilengkapi dengan transmisi manual.
Tentunya dari semua pilihan diatas, bagi orang yang realistis dan ekonomis seperti saya, sudah sangat jelas pilihan mana yang akan diambil.
Tentunya yang saya pilih adalah…
City Car
Beberapa bulan ini hampir setiap hari Bandung di guyur hujan, dan hampir setiap hari pula istri dan anak saya pulang dari sekolah dalam keadaan basah kuyup.
Weekend di Bandung kini penuh dengan kemacetan yang meraja-lela, rasa-rasanya berkendara dengan Estate manual saya memberikan keseruan tersendiri… …bagi kaki kiri saya.
Terinspirasi dari keadaan di atas, rasa-rasanya city car dengan transmisi otomatis cocok menjadi solusi. Selain sebagai sarana istri antar jemput sekolah, juga sebagai alat transportasi andalan saat weekend.
Maka perburuan pun dimulai.
Pandangan Pertama
Seperti millenial pada umumnya, Youtube dan artikel di internet menjadi referensi pertama.
Maka di akhir Januari, saya membuka browser saya untuk…
… mengetahui di mana dealer Chevrolet yang tersisa di kota saya, yang ternyata memang hanya tinggal Andalan Soekarno Hatta saja.
Ruangan sempit = maintenance nightmare...
Segera setelah masuk dari pintu depan, sulit rasanya mengabaikan Spark merah cerah yang terparkir disana. Bagaikan terhipnotis, tak sadar kaki sudah melangkah menuju si merah, dan tanpa kontrol pula tangan sudah mulai meraba-raba… …mencari tuas pembuka kap mesin.
Ajaib rasanya GM bisa menempatkan mesin 1400cc di ruang sesempit itu, 98 daya kuda, di sebuah city car.
Sementara istri saya sibuk melihat-lihat bagian interior, seorang sales dengan sigap menghampiri kami. Tawaran test drive pun tidak kami sia-siakan.
Premier
2019 ini, Chevrolet Spark mengalami facelift, dimana emblem belakang berubah dari LTZ menjadi Premier, terdengar lebih eksklusif bukan?
Spesifikasi, baca dengan teliti...
Lalu apa yang didapat dari perubahan emblem tersebut?
Secara kasat mata, langsung dapat dilihat jika bagian depannya berubah menjadi lebih berkelas mirip… …ikan lele.
Apakah lalu versi ini akan disebut Spark lele? Mengingat kebiasaan orang Indonesia yang menyebut mobil dengan nama-nama binatang. Ikan lele sendiri sebenarnya sudah sangat melekat sebagai sebutan untuk Toyota Yaris, seperti halnya ikan hiu yang melekat sebagai julukan untuk Mitsubishi Galant.
Hilang sudah kesan sangar Spark sebelum facelift, berganti dengan kumis lele berbalut make up chrome tebal. Silau!
Reflektor Ganda
Lampu depan kini menggunakan reflektor ganda, dimana bohlam untuk lampu dekat dan jauh terpisah, seperti pada Chevrolet Estate non facelift.
Sayangnya dengan lampu depan yang baru ini, hilanglah switch pengatur ketinggian sorotan lampu pada dashboard.
DRL berpindah posisi ke bemper ala Wuling Confero, dan karena posisi lampu sein sekarang ditempati oleh bohlam lampu jauh, maka lampu sein pun dipindahkan ke bemper yang dulunya menjadi tempat lampu kabut.
Lalu kemanakah lampu kabut dipindahkan?
Jawabannya sederhana.
Lampu kabut dipindahkan ke dalam imajinasi anda, jadi saat mengemudi, anda hanya tinggal pura-pura saja sedang menyalakannya.
Test Drive
Perubahan visual dan fitur yang dilakukan oleh GM mungkin patut dipertanyakan, tapi rasa berkendara city car ini tidak perlu diragukan lagi.
Meskipun sudah menggunakan power steering elektronik (EPS), tapi setir tidak terlalu enteng dan punya feedback yang bagus.
Ayunan kaki-kaki pun tidak terlalu empuk, tapi juga tidak keras sampai ajrut-ajrutan, ini terasa sekali saat melewati polisi tidur dengan kecepatan cukup tinggi, bagian belakang tidak terasa melompat.
Spark putih unit test drive yang kami kendarai.
Susah sekali menjelaskan rasa berkendara city car ini tanpa mengalaminya sendiri, tapi jika boleh mendeskripsikannya dalam satu kata, kata itu adalah “dewasa”. Well done GM!
Dari dalam kabin, suara mesin yang terdengar lebih mirip desingan mesin pesawat. Jadi saat mengemudi, anda bisa menutup mata sambil membayangkan anda sedang naik UFO, tentunya tak berapa lama anda akan langsung terbangun dari imajinasi karena mobilnya sudah nangkring di pagar tetangga.
Terakhir, city car ini juga akan mengajari anda cara bersopan santun di jalan, karena jika anda adalah tipe pengemudi yang sedikit-sedikit main klakson, anda akan berubah menjadi orang yang menggunakan klakson hanya jika dirasa sangat perlu saja.
SPK?
Kembali ke dealer, om sales yang ramah menyediakan teh botol dingin. Sedikit mengobrol, SPK pun disodorkan untuk diisi.
Sudah bisa ditebak, tentu saya tolak.
“Saya kabari seminggu lagi”. Kata saya sambil beranjak pergi.
Tentunya sebelum itu, teh botol yang segar sudah pindah ke dalam perut kami.
Sayangnya belum ada sistem diskusi yang diimplementasikan di website ini. Gatal ingin berkomentar? Kesini saja.