Jika dua tahun lalu kami tiba di Bengkulu menjelang malam dan langsung berangkat ke Curup esoknya. Cukup berbeda dengan tahun ini dimana kami menghabiskan beberapa hari di kota Bengkulu.
Menghabiskan hari dengan tidur pun bukan lagi menjadi pilihan, karena terus terang lebih nyaman berada di dalam mobil ber-AC daripada kuyup berkeringat di tengah udara kota Bengkulu yang sedang gerah-gerahnya.
Berbekal google maps kami pun memutuskan untuk menghabiskan waktu sekedar berkeliling kota.
Danau Dendam Tak Sudah
Ketenangan menyimpan dendam membara...
Danau yang terkenal akibat sering masuk berita di awal 2019 lalu ini terlihat sepi.
Hanya beberapa pedagang yang terlihat buka saat kami datang. Aktifitas utama yang bisa dilakukan disini adalah nongkrong sambil menikmati pemandangan ditemani makanan ringan dan kelapa muda.
Saya tidak menyarankan anda membuang sampah sembarangan di area danau ini, karena menurut legenda, saat musim hujan danau ini bisa membalas dendam — sesuai namanya bukan?.
Lapangan Merdeka
Bukan roket untuk ke bulan...
Melalui view tower di Lapangan Merdeka anda bisa melihat sekeliling kota Bengkulu dari ketinggian.
Teorinya anda hanya tinggal naik melalui lift di lantai dasar dan menikmati pemandangan yang menakjubkan… …teorinya sih begitu, karena view tower ini tidak pernah difungsikan sejak selesai dibangun, bahkan ada wacana untuk dirobohkan lagi. Nah lho!
Rusa yang doyan makan
Tepat di sebelah Lapangan Merdeka ini anda terdapat Balai Raya Semarak dimana anda memberi makan rusa dengan selembar uang lima ribuan. Tukarkan dulu uang tersebut ke petugas dengan berbagai macam buah dan sayuran yang tersedia tentunya, jangan langsung diberikan (uangnya) kepada rusa.
Kampoeng China
Kontras dengan bangunan gaya kolonial di sekitarnya
Begeser sedikit dari Lapangan Merdeka, akan dijumpai gapura masuk menuju kawasan Kampoeng China.
Saya sedikit bingung karena setelah lewat gapura tidak nampak suasana khas “chinatown” seperti yang dijumpai di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
Benteng Marlborough
Kokoh berdiri meski pernah dihantam tsunami
Benteng Marlborough ini mungkin adalah tujuan wisata paling terkenal di kota Bengkulu.
Saya tidak menyarankan anda datang tengah hari bolong ke sini karena kulit anda akan menghitam terbakar matahari. Waktu yang baik untuk berkunjung ke benteng ini adalah pagi atau sore hari.
Tidak dianjurkan pula datang tengah malam, meski menurut legenda pada jam tersebut benteng ini sangat angker, tapi pada tengah malam loketnya sudah tutup.
Monumen Thomas Parr
Monumen merangkap lahan parkir
Sore menjelang dan karena masih dalam masa puasa, kami berniat mencari jajanan khas untuk takjilan.
Beruntung tak jauh dari Benteng Marlborough ada pasar musiman yang hanya buka sore hari di bulan puasa. Mobil pun diparkirkan di sebelah bangunan yang ternyata adalah Monumen Thomas Parr. Monumen ini terlihat kurang terawat, ada beberapa anak bermain bola di sana dan sekelilingnya sudah berubah menjadi lahan parkir — yang tukang parkirnya ibu-ibu bertampang sangar.
Jajanan Kota
Jauh lebih ramai daripada Benteng Marlborough
Makin sore pasar ini makin ramai pembeli. Hampir semua pedagang di pasar ini menjual makanan, dan kami dengan mudahnya menemukan berbagai jajanan unik disini.
Mari makan!
Pempek panggang, salah satu varian pempek yang paling jarang ditemui
Sala ikan, bola-bola ikan teri dengan rasa dominan kunyit yang unik
Palai tempoyak, pepes ikan teri dengan sentuhan rasa durian khas Bengkulu
Gandus, kue kenyal yang gurih dengan topping ebi dan bawang
Pempek kates, pempek dengan isian pepaya muda yang empuk dan manis
Lemang tapai, selalu jadi favorit saya
Ikan panggang, ikan segar langsung dari nelayan
Sayangnya belum ada sistem diskusi yang diimplementasikan di website ini. Gatal ingin berkomentar? Kesini saja.