Semua petualangan harus berakhir, kecuali jika anda berpetualang di ruang mesin Chevrolet Estate, tentu hal-hal yang harus anda perbaiki tidak akan pernah berakhir. Setelah packing barang-barang penting, hampir kehabisan bensin, dan kebanyakan tidur, kini saatnya untuk pulang, meninggalkan bau durian sepanjang jalan. Loh!
Tentu saja kami tidak langsung berangkat dari Curup ke Bandung, tapi tanggal 30 Juni kami berangkat ke kota Bengkulu dulu dan esoknya kami seharian berada di sana, khusus untuk mengambil foto sunset pada gambar cover di atas. 2 Juni barulah kami beranjak pulang ke Bandung.
OK OK, kami tidak cuma mengambil foto, tapi juga sedikit berwisata
Berburu Oleh-oleh
Bagasi kami sudah penuh oleh-oleh, saking penuhnya saya tidak leluasa melihat ke belakang mobil dari cermin tengah karena terhalang. Tapi, ada satu jenis barang lagi yang ingin kami bawa sebagai oleh-oleh.
Durian, ya… durian!
Saat itu memang lagi musim durian, sepanjang jalan ditemukan banyak sekali pedagang durian. Harga yang jauh lebih murah dari pulau Jawa membuat kami tergiur untuk membawa pulang durian sebagai oleh-oleh.
Pedagang durian di daerah Seluma, arah Manna dari Bengkulu
Kami membeli durian langsung pada pemiliknya. Biasanya, pemilik pohon durian yang “iseng” berdagang, akan nongkrong di pinggir jalan dengan membawa beberapa buah durian saja. Pedagang macam ini banyak sekali di daerah Seluma, Bintuhan, atau di area Bukit Barisan setelah Krui ke arah Liwa. Matang pohon, tentunya.
Pengepul durian
Tentunya banyak juga pedagang besar yang bisa anda jumpai di pasar-pasar, tetapi biasanya harganya lebih mahal.
Apa lagi jika anda ketahuan dari luar Sumatra.
Mereka sebenarnya mengumpulkan durian tersebut dari para pemilik pohon, dan tidak ada jaminan kalau durian yang mereka jual matang pohon, sebagian sudah di peram lebih dulu.
Rak Portabel
Percayalah, anda tidak akan tahan melakukan perjalanan jauh ditemani bau durian, kecuali tentunya anda gila durian. Oleh karena itu, kami menghindari membawa durian di dalam kabin. Lagipula bagasi kami sudah penuh. Lalu bagaimana kami akan membawa durian-durian tersebut?
Jawabannya sederhana: rak portabel super canggih yang bisa dilipat saat tidak digunakan.
OK OK, kami cuma membawa beberapa batang bambu dan tali saja
Kami membawa beberapa batang bambu, saat kami menemukan penjual durian pertama di daerah Seluma, kami merakit batang-batang bambu tersebut di pinggir jalan menjadi rak di atap. Sedikit salah perhitungan, karena lumayan menyita waktu. Seharusnya kami merakitnya sebelum berangkat di kota Bengkulu.
Penjual pertama hanya mempunyai 5 butir durian saja, tentu kami borong habis. Setelah itu mereka langsung pulang, meninggalkan kami yang sibuk merakit rak di pinggir jalan yang sepi. Lumayan seram, untung saja hari masih siang.
Sepanjang jalan, kami beberapa kali berhenti untuk menambah stok durian di atap. Hingga akhirnya, kami tiba di Liwa untuk menginap di hotel sekitar jam 19.30 malam.
Bau Durian
Pagi hari, saat membuka pintu hotel, kami disambut dengan bau durian yang semerbak. Memang, mobil di parkir tepat di depan kamar. Kebayang saja jika kami membawa durian di dalam kabin, tentu kami sudah pingsan di jalan.
Kami berangkat agak santai, tidak terlalu pagi, sambil masih mencari stok tambahan durian di sekitar Liwa. Tak jauh di luar kota Liwa, tepatnya daerah Sumberjaya ada hamparan kebun kopi yang luas. Kami membeli durian terakhir kami disana.
Sumberjaya, sebelum muatan terakhir dan ditutup terpal
Pada akhirnya, kami membawa 25 butir durian di atap.
Minum Bensin
Bukan saya yang minum bensin, tapi mobil saya.
Awalnya saya berniat mencatat konsumsi bensin selama perjalanan ini, tapi kemudian saya memutuskan untuk tidak terlalu teknis dalam laporan ini. Jadi, saya hanya akan menuliskan berapa banyak saya mengisi bensin selama perjalanan dari kota Bengkulu ke Bandung.
Sebelum (atas), sesudah (bawah)
Pengisian pertama dilakukan di kota Bengkulu setelah menempuh jarak 8,7km, sejumlah Rp.250.000,- dengan harga Pertamax Rp.8.250,- per liter.
Total 30,3 liter.
Perhatikan bahwa saya masih memiliki sisa bensin 1 1/2 strip kurang sedikit sebelum mengisi.
Sebelum (atas), sesudah (bawah)
Pengisian kedua dilakukan di Bintuhan (tempat yang sama saat saya mengisi pada garis merah sewaktu berangkat) pada jarak 229,4km, sejumlah Rp.150.000,- dengan harga Pertamax Rp.8.250,- per liter.
Total 18,2 liter.
Sebelum (atas), sesudah (bawah)
Pengisian ketiga dilakukan di Kotabumi pada jarak 490,2km, sejumlah Rp.250.000,- dengan harga Pertamax Rp.8.150,- per liter.
Total 30,7 liter.
Sebelum (atas), sesudah (bawah)
Pengisian terakhir dilakukan di Rest Area Km.19 Tol Jakarta-Cikampek pada jarak 807,2km, sejumlah Rp.200.000,- dengan harga Pertamax Rp.8.050,- per liter.
Total 24,8 liter.
Sejak Kotabumi, jalan cenderung lurus dan datar, sehingga mobil bisa dipacu lebih kencang dan konsumsi bensin jauh lebih irit.
Total jarak yang di tempuh hingga tiba di rumah adalah 930,4km dengan sisa bensin 3 strip kurang sedikit.
Jadi, berapa literkah kami habiskan dalam perjalanan pulang ini? Mari kita lakukan perhitungan kasar.
Pertama, kita perlu tahu berapa liter bensin yang tidak terpakai. Karena saat berangkat masih ada sisa 1 1/2 strip (kurang sedikit) di tangki, dan setelah sampai sisa bensin adalah 3 strip (kurang sedikit), maka bisa dianggap bensin yang tidak terpakai adalah 3 strip dikurangi 1 1/2 strip, alias 1 1/2 strip.
Anggaplah 1 strip pada penunjuk adalah 12 liter (berdasarkan pengalaman), maka total bensin yang tidak terpakai adalah 12 liter x 1 1/2 strip = 18 liter.
Maka total bensin yang dipakai dalam perjalanan pulang ini adalah 30,3 + 18,2 + 30,7 + 24,8 – 18 = 86 liter. Jauh lebih boros dari konsumsi bensin duo Agya/Ayla tentunya.
Perjalanan Panjang
Mungkin sebagian dari anda pembaca ada yang bertanya-tanya kenapa perjalanan pulang kami kurang dari 1000km jauhnya? Jangan emosi dulu, itu karena trip meter saya reset saat di kota Bengkulu, perjalanan kami dari Curup ke kota Bengkulu dan jarak yang kami tempuh saat berwisata tidak ikut dihitung.
Total jarak perjalanan pulang pergi, termasuk berwisata adalah 2100,2km
Kami naik kapal di Bakauheni pada tanggal 3 Juli jam 18.30 malam, setelah berhenti terakhir kalinya di rest area Tol Jakarta-Cikampek untuk makan malam, kami tiba di Bandung tepat jam 10 malam.
Tinggal Kenangan
Dalam sebuah perjalanan panjang, apakah yang paling anda ingat dari mobil anda?
Apakah anda ingat betapa halus suara mesin mobil anda? Atau tentang betapa sunyinya kabin mobil anda? Atau soal empuknya suspensi mobil anda? Bagaimana dengan cepatnya wiper mobil anda menghapus air hujan?
Mungkin tidak, tidak peduli apapun mobil anda, yang akan paling diingat adalah kenangan tentang kegiatan yang anda lakukan bersamanya.
Enjoy!
Padat pemudik diatas KM. Salvatore, menyeberang ke Bakauheni
Ahlinya mekanik ada di Sumatra, selain mobil mereka juga bisa memperbaiki... mesin rumput
Gerbang masuk menjelang kota Curup
Bukit Kaba terlihat jelas dari kota Curup yang sejuk
Rumah khas Sumatra yang dirubah menjadi gerai seluler, Curup
Pemandangan Taba Penanjung, jalan lintas Curup-Bengkulu
Berlindung dari teriknya matahari di Wahana Surya, Bengkulu
Air terjun jadi-jadian di Wahana Surya, Bengkulu
Terdiam di bawah bayangan
Pantai tempat nelayan bersandar, ikan segar ada di pagi hari, Bengkulu
Kampung nelayan dimana anda bisa membeli aneka ikan asin, Bengkulu
Jalur Liwa yang mulus dan berkelok, diapit banyak rumah panggung
Memotret dari atas tebing, sedikit keluar kota Liwa, arah Lampung
Hamparan kebun kopi yang luas dan berbukit di daerah Sumberjaya
Pedagang gorengan seafood di Pantai Panjang, Bengkulu
Menjelang matahari terbenam di Pantai Panjang, Bengkulu
Petualangan sudah berakhir
Sayangnya belum ada sistem diskusi yang diimplementasikan di website ini. Gatal ingin berkomentar? Kesini saja.